Menjadi inggris untuk bisa berbahasa inggris

05.50 Posted In Edit This
Menjadi inggris untuk bisa berbahasa inggris



Mengapa sampai saat ini bahasa inggris tetap terasa susah dipelajari meskipun selama bertahun tahun siswa siswi Indonesia menempanya namun tetap saja tidak bisa makasimal dan akhirnya kembali terlupakan. Orang orang di Negara berbahasa inggris selalu menemui segala sesuatunya dengan bahasa inggris, bagaimana dengan kita? Sejauh ini masyarakat Indonesia hanya menjumpai bahasa inggris di tempat tempat tentu saja dan hanya pada golongan tertentu saja. Hanya kaum penempa ilmu saja yang giat mempelajari bahasa inggris tapi bukan secara keseluruhan yaitu masyarakat Indonesia seluruhnya. Mestinya pengetahuan bahasa inggris tidak hanya dipelajari dan dikuasai oleh para pelajar, dan golongan lain yang memang kesehariannya berhadapan langsung dengan bahasa inggris.


Jika fenomena semacam ini yang terjadi, maka Indonesia akan menempuh waktu yang amat sangat lama untuk masyarakatnya bisa berbahasa inggris layaknya orang singapura. Hal ini disebabkan pendidikan bahasa inggris yang tidak merata. Mestinya pendidikan bahasa inggris tidak hanya diterapkan secara formal lewat sekolah dan tempat kursus tetapi juga menyangkut fasilitas umum. Golongan lain yang setiap harinya tidak berhadapan dengan bahasa inggris harus dipaksa belajar bahasa inggris juga. Para pedagang di pasar, orang yang berjalan di pertokoan bahkan tempat ibadah sekalipun juga semua tempat dan fasilitas di Indonesia harus mencerminkan situasi layaknya Negara Negara yang berbahasa inggris. Maksudnya adalah di semua fasilitas, barang dan tempat itu harus terdapat label bahasa inggris tanpa terkecuali. Hal ini menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat.

Metode ini saya namai metode "stuff labeling". Lewat artikel ini saya mengajukan usul kepada pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk beramai ramai mencerdaskan bangsa ini. Stuff labeling berarti memberi label atau keterangan bahasa inggris pada sesuatu di sekitar kita sehingga kita akan terbiasa dengan nama nama bahasa inggris tersebut. Jika selama ini yang dituntut belajar bahasa inggris hanyalah anak didik saja maka itu salah besar, pendidikan haruslah merata. Anak bisa berbahasa daerah dengan lancar karena setiap saat dan di mana saja mereka menemukan guru yang alami yaitu orang tua, teman dan tetangganya. Bagaimana dengan bahasa inggris, anak anak hanya menerimanya di sekolah saja, bukan setiap hari dan bukan setiap jam. Gurunya pun hanya terbatas guru pengajar disekolah saja. Mestinya pengajar yang baik adalah lingkungannya.

Dengan stuff labeling semua akan belajar bahasa inggris tanpa terkecuali. Kemanapun masyarakat kita beraktivitas akan menemui label label bahasa inggris tersebut sehingga menjadi kebiasaan dan tidak lantas dilupakan begitu saja seperti ketika mereka menerimanya dari sekolah. Stuff labeling pada dasarnya adalah pengenalan vocabulary atau kosa kata. Setiap manusia lebih banyak belajar kosa kata ini dan itu ketika masih kecil bukan langsung pada kalimat. Memang metode ini tetap mempunyai kelemahan yaitu masyarakat hanya akan mengenal vocabulary saja bukan pada pemahaman kalimat. Namun tentunya pemahaman dan kekayaan kosa kata adalah pondasi awal yang sangat kuat untuk belajar bahasa.

Manfaat

1.belajar secara alami
maksudnya semua bisa belajar karena kebiasaan. Orang orang yang berada di kawasan stuff labeling ini mau tidak mau akan menemui label label yang terpasang yang pasti akan mereka baca. Awalnya karena ketidaksengajaan membaca atau mungkin juga terpaksa harus membacanya hingga lama kelamaan akan terbiasa dengan istilah istilah bahasa inggris tersebut. Dengan begini, bahasa inggris bukan lagi suatu beban berat seperti yang mereka temui di sekolah.

2.penguasaan vocabulary meningkat
tentunya ketika menemui label label bahasa inggris di mana mana secara terus menerus akan meningkatkan kekayaan kosa kata bahasa inggris atau vocabulary kepada pembacanya.

3.merangsang rasa ingin tahu dan minat belajar
rasa penasaran dan ingin tahu sudah menjadi sifat dasar manusia. Ketika si pelaku dalam hal ini adalah orang yang membaca label label tersebut tidak mengetahui maksud mungkin juga car baca label tersebut pasti penasaran dan ingin tahu. Pada kaum yang sudah terpelajar, tentunya mereka akan pulang membuka kamus mereka apa maksud label tersebut sedangkan kaum awam akan bertanya kepada orang di sekitar mereka yang mengetahuinya. Secara tidak langsung stuff labeling telah meningkatkan minat belajar secara alamiah.

4.effective
pada keadaan biasa belum tentu para pelajar bahkan warga umum mau menyempatkan dan meluangkan waktunya untuk menghafalkan kata kata bahasa inggris. Dengan kata lain, jika para pelajar dan warga umum susah untuk memasuki atau memahami dan melaksanakan methode atau proses belajar bahasa inggris, maka metode dan proses pembelajaran bahasa inggrislah yang harus mengerti, memahami, memasuki kehidupan para pelajar dan warga umum untuk melaksanakan proses belajar bahasa inggris di kehidupan mereka.

Kendala

Stuff labeling memerlukan peran aktif orang orang yang saat ini sedikit banyak sudah mengerti bahasa inggris. Mereka sangat diperlukan mengingat saat ini masih banyak saudara kita yang belum bisa membaca kata kata bahasa inggris dengan benar, jangankan bahasa inggris, di beberapa tempat di wilayah Indonesia yang luas ini masih ada yang belum bisa membaca kosa kata bahasa Indonesia. Tetapi masalah ini akan segera teratasi seiring berjalannya waktu. Mereka yang belum bisa tentunya akan bertanya tanpa rasa malu karena ini lingkungan bebas bukan ruang kelas yang harus malu bertanya karena takut kelihatan bodoh oleh teman sekelasnya. Masyarakat yang bisa pun akan dengan senang hati mengajarkan kepada yang belum bisa.

Untuk mewujudkan agar program ini berjalan dan berhasil tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Pemberian label bahasa inggris pada barang barang dan tempat disekitar lingkungan rumah masih bisa dilakukan sendiri oleh orang tua atau keluarga. Sedangkan di lingkungan desa dan kota yang berada di lingkungan bebas memang memerlukan perlakuan khusus. Pemberian label tidak bisa dilakukan seperti di wilayah keluarga yang hanya dengan berbekal kertas putih dan print out bahasa inggrisnya, tetapi di wilayah desa dan kota lebih rawan terkena angin, panas dan hujan yang menuntut sebuah jenis label yang permanent atau tahan lama. Bahan bahan yang digunakan pun akan menyita sejumlah anggaran yang tidak sedikit mengingat untuk mencapai hasil yang maksimal dengan program ini perlu pemerataan stuff labeling pada segala sesuatunya di sekitar kita.

Beberapa masalah seperti merasa aneh dan risih dengan perubahan dimana disetiap jengkal sesuatu yang ada disekitar kita terdapat label bahasa inggris membuat kita shock atau kaget. Tetapi ini hanya masalah adaptasi saja, setiap paradigma baru akan selalu berbenturan dengan paradigma yang lain tinggal mana yang bertahan itulah yang menang sedangkan yang kalah akan segera mengikuti.

Stuff labeling adalah sebuah commitment. Jika ingin maju maka kita haruslah merelakan pengorbanan. Dengan menciptakan lingkungan kita seperti yang dijumpai oleh masyarakat yang berbahasa inggris tentunya lambat laun masyarakat kita pun akan menjadi masyarakat yang mengerti bahasa inggris. Commitment stuff labeling berarti perubahan luar biasa yang tinggal menunggu waktu.

Pada tahap yang paling awal, langkah ini sebaiknya dimulai dari lingkungan keluarga dulu, baru kemudian kompleks atau dusun kemudian desa, kecamatan dan kabupaten dan akhirnya seluruh wilayah Indonesia. Beban ini seharusnya sudah menjadi kesadaran masyarakat untuk membantu pemerintah bukan malah membebankan semuanya kepada pemerintah. Lebih lebih jika pemerintah dengan serius mengaplikasikan program ini dengan sungguh sungguh, artinya dengan berbagai upaya sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat untuk segera memahami dan malaksanakan program stuff labeling ini dengan baik maka masyarakat Indonesia akan segera mewujudkan mimpinya untuk mencetuskan Indonesian inggris, seperti layaknya kanadian inggris, british inggris, Australian inggris dan lainnya. Dengan demikian bahasa inggris tidak lagi menjadi penyakit yang susah disembuhkan dan guru bukan lagi satu satunya yang harus bertanggung jawab atas lambatnya penguasaan bahasa inggris siswa siswinya.

Stuff labeling akan menjadi pendorong bagi metode metode yang lain untuk saling mendukung terciptanya pendidikan bahasa inggris yang natural sehingga masyarakat Indonesia tidak lagi memandang bahasa inggris adalah pelajaran yang harus ditinggal nongkrong di kantin sekolah, atau bahkan lompat pagar sekolah saja. Bukan juga PR yang memberatkan para pelajar kita, bukan juga ketakutan yang menjadi beban orang tua ketika anaknya bertanya dan dia tidak tahu menahu soal bahasa inggris. Tentunya stuff labeling sendiri akan secara tidak langsung tercipta terobosan terobosan baru berbagai cara meningkatkan kemampuan bahasa inggris masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Saya himbau bagi siapa saja yang membaca buah fikiran saya ini untuk segera mempraktekkan langkah ini dan mensosialisasikan stuff labeling kepada seluruh masyarakat Indonesia. Syukur bisa merangkul pemerintah untuk melaksanakan program ini bersama sama. Mari kita kampanyekan stuff labeling demi kemajuan bangasa Indonesia tercinta ini untuk mampu bersaing dengan rival nya dan bekerja sama dengan baik bersama partnernya. Mari kita cerdaskan bangasa ini